
Barbarisme atau Komunisme: Hasil Akhir Pelayaran di Tengah Pandemi
19 Juli 2020
Edit
Bayangkan anda seorang kapten kapal bajak laut yang tengah diburu badai angin. Anda memergoki awak kapal anda bergelut mempreteli badan kapal demi membuat perahu
masing-masing. Anda tahu betul, ulah tangan mereka membikin badan
kapal yang anda dan awak kapal kendarai bocor di sana-sini. Anda pun tahu,
perahu-perahu kecil yang mereka bangun sedemikian rupa tak cukup tangguh berhadapan dengan badai yang akan datang dari segala arah mata angin.
***
Siapa di antara handai tolan yang tidak bergetar tatkala mendengar nama filsuf paling produktif, paling
terkenal, dan dilabeli paling berbahaya di dunia barat dekade ini? Žižek berfilsafat dengan memadukan antara pendekatan Marxis, metafisika
Hegelian, dan psikoanalisis Lacanian. Tidaklah mengherankan kita sering menggeleng saat membaca artikelnya yang kaya data, analogi, dan
metafora. Dan kali ini, Žižek berhasil merekam rentetan filosofis fenomena
pandemi Covid-19 dengan
pembacaan yang kerap
tak
terduga.
Pada mulanya, buku
tipis ini berasal dari kolom-kolom Slavoj Žižek di mingguan rt.com (dulu
dikenal sebagai Russia Today) yang kemudian dikumpulkan menjadi buku bertajuk
Pandemic! Covid-19
Shakes the World.
Penggunaan kata ‘Pandemic’ (atau pandemik) pada judul menjadi daya tarik tersendiri sebab
ia bisa dipelintir menjadi
kata ‘Panik’ dengan mencungkil ‘dem’ darinya.
Panik!
…
kepanikan bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi
ancaman nyata. Ketika kita bereaksi dengan panik, kita tak menganggap ancaman
itu serius. Sebaliknya, kita meremehkannya. (Hal. 84)
Hampir seluruh instrumen kekuasaan berseru: Jangan panik! Namun, kita memperoleh segala data yang memicu kepanikan. Kepanikan akhirnya meledak hampir di setiap tempat, tidak bisa tidak. Alih-alih seperti
masyarakat Inggris yang berlomba menimbun tisu toilet, berebut masker jadi
bentuk kekonyolan lain di Indonesia. Di
toko-toko, seluruhnya ludes, seolah-olah dengan memiliki timbunan tisu toilet dan masker, hidup ini kian
tertanggungkan.
Dalam panik, individu-individu bergerak secepat kilat namun irasional demi mengamankan nyawa masing-masing.
Bagi Žižek, kepanikan bukan
cara yang tepat untuk menghadapi ancaman nyata.
Ketika kita bereaksi dengan
panik, kita menganggap ancaman itu remah
belaka. Kita meremehkannya.
Žižek pun berujar: sisi
lain dari kepanikan berlebih adalah tidak adanya kepanikan sama sekali di saat
kepanikan itu seluruhnya dibenarkan. Fase inilah yang terjadi sekarang. Meskipun secara rasio kita membenarkan bahaya virus
corona, entah bagaimana kita menganggapnya tidak serius dan malas
bertindak—alih-alih normal baru. Rasional tetapi tidak serius atau irasional
tetapi serius; keduanya sama-sama meremehkan. Sehingga kesimpulannya: tetap tenang dan panik!
Kesimpulan ini bukan berarti anda melakukan suatu aib. Secara terbuka, anda menyerukan berdamai dengan virus, tetapi
diam-diam mengamankan diri sendiri. Seperti para tokoh papan atas penyangkal perubahan iklim yang sudah membangun bungker di Pegunungan Rocky.
Barbarisme atau Komunisme!
Seperti kata pepatah; Dalam krisis, kita semua
Sosialis. (Hal. 106)
Pada suatu sore anda bersikeras tidak ingin melakukan kebaikan, tetapi fakta berkata bahwa anda telah mengerjakannya. Dari sini, barang tentu terselipkan beberapa motif yang pada akhirnya
mengubah niat dan sikap anda. Entah sebab diri sendiri atau ancaman dari luar,
hingga mau tidak mau kebaikan
harus dilakukan.
Virus corona menghadirkan pilihan itu. Namun tidak hanya pada skala
individual, lebih jauh lagi berupa nasional dan internasional. Hal-hal yang tak
lazim dilakukan sebelum pandemi, sekarang mata kita menyaksikannya. Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu
segera menawarkan bantuan
dan koordinasi kepada otoritas Palestina. Bukan karena kebaikan dan
pertimbangan kemanusiaan, melainkan fakta sederhana bahwa tidak mungkin mencegah
kontak orang Israel dengan Palestina—jika salah satu dari mereka
terpapar, maka yang lain terinfeksi pula.
Sama halnya Uncle Sam State, Donald Trump mencoba melakukan pembelian hak eksklusif perusahaan biofarmasi CureVac dalam
upaya mendapat vaksin yang
efektif. Pada saat yang sama, ia terpaksa mengumumkan proposal sarat komunisme.
Proposal itu memungkinkan
pemerintah mengelola industri swasta demi mengatasi pandemi. Dari sini dapatkah kita membayangkan, pengambilalihan sektor swasta oleh
nasional dilakukan oleh negara maha-kapitalis sebelum pandemi?
Žižek sedang
menawarkan mimpi kepagiannya, yang
bertajuk komunisme. Tetapi serpihan nyata potret di atas bukanlah visi komunisme
utopis yang berbasis pada kolektivisme dan peradaban; itu cuma komunisme perang sebab ancaman kematian yang
berbasis pada privatisasi dan barbarisme!
Komunisme yang ia tawarkan lain pula dengan logika otoriter komunisme
lama yang digalakkan Cina untuk memukul mundur pandemi. Meskipun fakta tangan
besi Cina bekerja lebih berhasil ketimbang yang terjadi di Amerika atau Italia, Cina
tetap menunjukkan
kebiadabannya; seperti pengawasan digital permanen, tertutupnya informasi, dan lingkaran setan ketidakpercayaan.
Oleh karena itu, hemat Žižek, pada skala global; komunisme; koordinasi
produksi dan distribusi di luar koordinat pasar harus dipikirkan—dalam
istilahnya ‘menemukan
kembali komunisme’. Solidaritas dan kerja sama global berbasis
kepercayaan rakyat sangat diperlukan dalam kelangsungan lingkungan hidup umat
manusia, seperti itulah kiranya.
Sepintas, gagasannya memang utopis walau Žižek mengakui dirinya bukan utopian. Tawaran Žižek terbilang sangat radikal—bukan hanya solusi
keluar dari virus corona, melainkan virus-virus yang bermutasi di masa depan
akibat krisis ekologi global yang berkepanjangan dan brutal.
Optimisme Žižek
terlihat sebagaimana ia mengatakan tidak ada jalan kembali ke keadaan normal.
‘Normal’ dalam bentuk baru harus dibangun di atas reruntuhan kehidupan lama,
atau kita akan terjebak dalam barbarisme—tindakan bertahan hidup yang kejam
ditegakkan dengan penyesalan bahkan simpati, tetapi dilegitimasi oleh pendapat
para ahli—yang tanda-tandanya mulai teraba. Sehingga, pilihannya hanya barbarisme atau komunisme, AS SIMPLE AS THAT!
Sekarang, Kita Berada di Kapal yang Sama!
… epidemi yang sedang berlangsung saat ini… memiliki
makna lebih dalam: Hukuman kejam tapi cukup adil atas kemanusiaan karena telah
mengeksploitasi habis-habisan bentuk-bentuk kehidupan lain di Bumi. (Hal.
30)
Sekarang, bayangkan kembali anda seorang kapten
kapal bajak laut. Tetapi, kali ini, awak kapal anda tidak mencongkeli badan kapal dan
bersedia membuka dialog dengan anda. Seperti dalam
sinema 12 Angry Men,
anda dan awak kapal ingin mencapai konsensus secara intersubjektif dengan
pendekatan Habermas, demi selamat dari badai angin yang
diprediksi datang dari segala arah.
Hal yang perlu ditekankan di sini adalah fakta bahwa anda sekarang
berada dalam satu kapal yang sama. Kemudian, anda harus memenangkan argumen
bahwa bertahan di
satu kapal besar yang kokoh memiliki potensi selamat lebih baik ketimbang mesti berpencar mengarungi samudra sendirian dengan perahu
kecil
masing-masing.
Buku ini menerangkan bahwa apa yang mendominasi saat ini adalah egoisme
nasional—sikap ‘setiap negara untuk negaranya sendiri’. Seperti adanya larangan-larangan nasional untuk
ekspor produk-produk prioritas seperti pasokan medis, atau melepaskannya dengan
harga amat tinggi. Hal ini memaksa negara-negara terbelakang di tengah
kekurangan lokal mengaplikasikan pendekatan primitif sebagai pencegahan.
Melihat anomali di tengah ketidakpedulian global, negara komunis seperti
Kuba
justru masif menggalakkan misi kemanusiaan. Meski bukan negara maju, Kuba memiliki pelayanan
kesehatan yang cukup baik. Kuba mengirimkan ratusan tenaga medisnya ke beberapa
negara terdampak virus corona seperti Italia dan Afrika Selatan. Meski Žižek nyaris
tidak menyenggol Kuba dalam tulisannya, penulis hanya sedikit berasumsi bahwa
tindakan Kuba adalah potret kecil bagaimana solidaritas global dikerahkan, dan semestinya Kuba tak sendirian.
Inilah kenyataan yang harus diterjemahkan ke dalam politik. Sudah saatnya
menyudahi anggapan Amerikalah (Cina atau siapa
pun) yang nomor
satu. Sudah saatnya
dunia berhenti memperdebatkan klaim ‘siapakah negara adidaya selanjutnya, dan selanjutnya, dan selanjutnya?’ Sudah saatnya dunia terikat menjadi satu kesatuan
yang setara dalam sumber daya, di atas kapal yang sama.
Masih terbuka kesempatan untuk menepis badai angin, mengantarkan kapal
anda menuju pulau penuh harapan seperti yang telah digambarkan Žižek. Hanya
butuh solidaritas dan
rasa saling percaya antara anda dengan semua awak kapal untuk mencapainya.
Atau, kapitalisme barbar baru akan menang; orang-orang kaya akan bernapas lega,
sementara mereka yang lemah dan lapuk dibiarkan mati.
[]
Judul
Pandemik!
Covid-19 Mengguncang Dunia
Penulis
Slavoj
Žižek
Penerjemah
Khoiril
Maqin
Penerbit
Penerbit
Independen
Tebal
xii + 137 halaman
Tahun
Terbit
2020
![]() |
Penulis dan desainer grafis. Ia turut mengelola laman pmiigusdur.com. |